Jumat, 27 April 2012



‎" SETELAH AJAL MENJEMPUT , MAN ROBBUKA ? , SANGGUPKAH AKU MENJAWABNYA !!!

Sanggupkah aku menghadapi itu ? Saat di mana aku didudukkan di lubang yang gelap, kemudian datanglah kepada ku dua malaikat mengajukan pertanyaan: Siapa Rabb-mu, apa agamamu, dan siapa nabimu ?

Sanggupkah aku menjawabnya ? …

Sungguh, saat itu akan datang sebagaimana telah sering aku saksikan ia mendatangi orang lain, teman-temanku, tetanggaku, bahkan orang tua atau kerabatku. Sungguh, saat itu tak mungkin kuduga sebagaimana juga mereka tak pernah menduga didatangi oleh nya. Sungguh dia akan menjemput aku pergi ke tempat yang tak mampu aku bayangkan, tempat yang tak pernah kembali lagi mereka yang pergi ke sana, tempat yang di sana aku akan dihadapkan dengan pertanyaan.

Sungguh, semua itu benar adanya. Tak ada alasan bagi ku untuk tidak percaya hal itu bakal terjadi, sebagaimana tak ada alasan bagi ku untuk mengingkari adanya Al Khaliq. Juga sebagaimana tak ada alasan bagi ku untuk memungkiri adanya getaran kegelisahan dalam bathinku tatkala aku melakukan perbuatan yang fitrahku mengenalnya sebagai dosa.

Hanya saja. Sanggupkah aku menghadapi itu ? Saat di mana aku didudukkan di lubang yang gelap, kemudian datanglah kepada ku dua malaikat mengajukan pertanyaan: Siapa Rabb-mu, apa agamamu, dan siapa nabimu ?

Sanggupkah aku menjawabnya ? …

Apa yang akan aku katakan, ketika ditanya tentang siapa Rabb-ku ? Cukupkah kujawab : Rabb-ku adalah ALLAH ? Semudah itukah menghadapi fitnah qubur ? Rasanya tidak. Tidak akan semudah itu. Sebagaimana telah tertanamkan dalam jiwaku keyakinan akan adanya Engkau, tertanam pula keyakinan ,bahwa tidaklah segala sesuatu itu ada dan terjadi dengan sendirinya serta tanpa maksud dan tujuan.

Lantas bolehkah terlintas dalam benakku : “Mustahil aku akan tersesat dan terjatuh ke dalam kekufuran.” ? Bolehkah terucap lewat lisanku: “Keberhasilan yang aku peroleh adalah semata-mata hasil prestasiku.” ? Bolehkah aku beranggapan : “Bahwa tanda keridhoan-Mu adalah dengan terjadinya apa yang terjadi atau berlakunya apa yang hendak aku lakukan.” ?

Sungguh tak mungkin aku mengatakan: “Alangkah kejamnya Engkau, membiarkan seorang bayi lahir dalam keadaan cacat. Alangkah tak adilnya Engkau, membiarkan pelaku ma’shiyat sejahtera bermandikan kesenangan, sedangkan mereka yang tha’at dalam keadaan miskin berlumurkan kesengsaraan.” Sungguh tak mungkin aku mengatakannya. Namun, mengapa sering bathin ini protes manakala aku tertimpa musibah atau doaku tak kunjung terkabul?

Ya, ALLAH. Ternyata tak ada jalan untuk mengenal Mu kecuali melalui diri-Mu. Kalau bukan karena hidayah-Mu, sungguh akan tertanam dalam batinku, terucap dari lisanku, dan terwujud lewat perbuatanku segala yang bertentangan dengan kekuasaan-Mu, bertentangan dengan hak-Mu untuk diibadahi, serta bertentangan dengan kemuliaan nama-nama dan sifat-sifat-Mu. Maka, sudahkah aku mengenal segala kekuasan-Mu dan mengakui keesaan-Mu dalam hal mencipta, memiliki, dan mengatur alam semesta ini?

Kemudian, apa yang akan aku katakan ketika ditanya tentang apa agamaku? Cukupkah kujawab: Agamaku Islam? Semudah itukah menghadapi fitnah qubur? Rasanya tidak. Tidak akan semudah itu. Sebagaimana telah tertanam di dalam jiwaku keyakinan akan kesempurnaan agama ini, tertanam pula keyakinan bahwa agama ini disampaikan kepada manusia agar mereka memperoleh kemudahan dan kebahagiaan hidup di dunia – sebelum di akhirat kelak tentunya-.

Lantas bolehkah terlintas dalam benakku: ”Agama ini tidak realistis, kurang membumi.” ? Bolehkah terucap lewat lisanku: “Jaman sekarang ini jangankan mencari yang halal, mencari yang haram saja susah.”? Bolehkah aku beranggapan: “Semua agama itu baik.” ?

Sungguh tak mungkin aku mengatakan: “Alangkah enaknya menjadi orang-orang kafir di muka bumi ini, alangkah kunonya agama ini, dan alangkah sempit serta terbatasnya ruang ibadah yang tersedia di sana.” Sungguh tak mungkin aku mengatakannya. Namun mengapa sering bathin ini protes manakala terasa dunia dan segala suguhannya tak memihak kepada ku? Mengapa bathin ini diam saja dan tak sedikitpun tergerak untuk membenci mereka yang menghujat agama ini?

Ya, ALLAH. Kalau bukan karena hidayah-Mu, sungguh akan tertanam di dalam bathinku, terucap dari lisanku, dan terwujud lewat perbuatanku segala yang bertentangan dengan agama yang mulia ini. Bahkan boleh jadi aku tak mengenal agama ini sebagaimana ia diperkenalkan oleh pembawanya. Boleh jadi aku tak mengenal keseluruhan aturan yang ada di dalam nya. Dan boleh jadi aku telah terjatuh ke dalam perbuatan yang telah mengeluarkan aku dari nya.

Kemudian, apa yang akan aku katakan ketika ditanya tentang siapa nabiku? Cukupkah kujawab: Nabiku Muhammad ? Semudah itukah fitnah qubur ? Rasanya tidak. Tidak akan semudah itu. Sebagaimana telah tertanam keyakinan dalam bathinku tentang kemuliaan akhlaqnya, sifat amanahnya, dan kejujurannya, tertanam pula keyakinan bahwa dialah ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam teladan terbaik bagi umat manusia.

Lantas bolehkah terlintas dalam benakku: “Ada jalan untuk mendekatkan diri kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta’aala selain dari yang telah dicontohkan oleh beliau ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam” ? Bolehkah terucap lewat lisanku: “Memelihara jenggot itu jorok, menjilat-jilati jari sehabis makan itu juga jorok, dan poligami itu jahat.” ? Bolehkah aku beranggapan: “Mengikuti Sunnahnya itu tidak wajib.” ?

Sungguh tak mungkin aku mengatakan: “Rasulullah ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam lupa menyampaikan ini dan itu. Rasulullah ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam sengaja menyembunyikan risalah, atau Rasulullah ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam tidak mengetahui apa yang baik bagi umatnya. Sungguh tak mungkin aku mengatakannya. Namun mengapa sering bathin ini protes dan merasa berat dengan apa yang telah ia tetapkan dan contohkan ? Mengapa aqal dan hawa nafsu ini sering merasa lebih tahu -tentang baik dan buruk- ketimbang beliau ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam ?

Ya, Allah. Kalau bukan karena hidayah-Mu, sungguh akan tertanam di dalam bathinku, terucap dari lisanku, dan terwujud lewat perbuatanku berbagai pengingkaran terhadap kenabian dan kerasulan Muhammad ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam. Boleh jadi itu bermula dari acuh tak acuhnya aku untuk mengenal nama-nama dan nasab beliau ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam dan dari kurang minatnya aku membaca serta mempelajari riwayat hidupnya. Akhirnya butalah aku akan sunnah-sunnahnya dan tak mengertilah aku akan misi risalahnya. Dan jadilah aku orang yang hanya ikut-ikutan menyebut namanya tanpa memahami pertanggungjawabannya.

Sanggupkah aku menjawabnya ?…

Sungguh, aku akan berhadapan dengan pertanyaan yang jawabnya tak cukup di lisan, tetapi dari dalam keyakinan dan dibuktikan oleh perbuatan. Bukan hasil dari menghafal, tetapi dari beramal.Tak ada yang sanggup menuntun aku untuk menjawabnya kelak kecuali Engkau, Ya Allah. Aku tahu itu dan aku yakin, sebagaimana telah Engkau janjikan:

يُثَبِّتُ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat…”(Ibrahim: 27).






Senin, 23 April 2012

Share,,,,

Tok Guru Nik Aziz Diugut Bunuh

Posted by Tongkat Warden | Posted in , , | Posted on 6:55 PM


Ibarat meletakkan leher dipedang si Algojo,tu lah yang boleh aku katakan kepada seorang lelaki menggunakan nama Mohd Safuan Mohd Hilmi, dimana dia telah mengugut bunuh Tuan guru dilaman sosial,facebook. Aku pelik betul ngan orang2 camni. Mende2 mcm ni bukannya boleh buat main2. Lelaki tu jugak dikatakan sanggup kene hukum gantung kalo dapat bunuh tok guru.

Aku rasa dia ni tak puas hati dengan kes tok guru kasi sound sape2 yang bantah ceramah politik di masjid. Kalo yea pon,tenang2 sudah lah..ni sampai nak bunuh2. Pelik-pelik..bagi aku la kan,khutbah atau ceramah kat masjid tu kita jangan terlampau sempitkan sangat dengan sekadar isu-isu agama je. Kita lebarkan dengan secara menyeluruh sesuai dengan Islam itu sebuah agama syumul,iaitu menyeluruh. Sedangkan nak masuk bilik air pon,kita turut disertakan dengan doa dan tata tertib.

Jadi aku rasa tiba masa kita jangan kongkong lagi peranan masjid dan pelbagaikan gaya penyampaian dan isi kandungan khutbah dan ceramah. Aku bukan ape..bosan tengok masjid jadi tempat hipnosis orang utk tido time khutbah. Tak sume,cume segelintir..bukan aku nak kutuk khatib yang bagi khutbah,tapi tolong la..penyampaian tu biar menarik supaya bukan yang duduk dalam masjid jek..amoi2 ke,apek ke, minachi ke yg terdengar khutbah pon boleh tertarik sama.

Aku ade kenalan bernama Yoga(Seorang hindu),dia ada cakap dia suka dengar khutbah yang menarik dengan sedap sebab dia kata dia suka kalo seseorang tu pandai berceramah dan mengajak ke arah kebaikan. Dan sepertimana yang kita tahu, semua agama mengajak ke arah kebaikan. Jadi, tak mustahil akan terbuka pintu hidayah buat Yoga kalo bentuk penyampaian khutbah bukan lagi sekadar membaca tetapi lebih kepada memahami dan menjiwai.

Macam kat dalam AF tu,kalo xde feel,mesti kene kritik,kan? sebab tu pentingnya khatib menjiwai khutbah yang bakal disampaikan dan teks tu kalo boleh bukan sekadar isu agama semata,biarlah menyeluruh. Oh..pasal kes ugut tok guru tu, Ketua Polis Daerah Dang Wangi, Asisten Komisioner Mohd Zulkarnain Abdul Rahman,berkata yang kes akan disiasat mengikut Seksyen 507 Kanun Keseksaan kerana melakukan ugutan jenayah. Padan muke ekau jang..hehehe~